Nah, mari kita ubal-ubal bareng ya, ada apa sebenernya gelombang laut ini ?
Awal tahun ini, pagi-pagi di kantor aku mendapat telepon dari salah satu stasiun TV di Jakarta bertanya tentang kondisi geologi yang mempengaruhi gelombang/kelautan serta cuaca. Hal ini karena ada kecurigaan gempa-gempa selama ini membuat gelombang laut menjadi semakin ganas. Dua kecelakaan besar yaitu tenggelamnya Kapal Fery Senopati Nusantara dan pesawat Adam Air di sekitar laut yang sama. Waddduh, aku ini cuman bisa ambles bumi tapi sedikit tahu tentang kondisi udara-angkasa. Tetapi berita kecelakaan itu sangat mengejutkan aku juga. Aku yang tidak dapat akses inet dalam dua hari saja langsung ketinggalan kerta berita yang terus-terusn berdatangan.
Memang tidak aneh kalau ada yang bertanya-tanya “apakah mungkin besarnya gelombang laut dipengaruhi oleh gempa ? Bukankah tsunami yang diakibatkan gempa dua tahun kemarin gelombangnya sangat besar menyapu kota-kota besar di Sumatra Utara ? Juga di Pangandaran ?”
Jawaban sederhana saya begini : Gelombang laut itu lebih dipengaruhi proses atmospheric ketimbang proses dari geologic. Artinya proses-proses serta kondisi udara lebih berpengaruh terhadap kondisi gelombang ketimbang proses dasar laut.
Tetapi kenapa gelombang tsunami bisa jauh lebih merusak ketimbang gelombang laut ?
Gelombang tsunami digambarkan sebagai gelombang yang menjalar sedangkan gelombang laut biasa adalah gelombang naik-turun biasa, lihat gambar disebelah.
Gelombang laut tidak akan bergerak kesamping seperti gelombang tsunami. Sehingga daya rusak gelombang tsunami akan maksimum pada pinggir pantai. Di laut gelombang tsunami tidak akan dirasakan oleh kapal laut. Karena kemarin kita menyaksikan bagaimana gelombang tsunami yang diakibatkan oleh gempa besar (skala diatas 6.8 MI) yang sangat merusak, tentunya secara intuisi kita melihat bahwa akan ada gelombang besar ketika ada gempa besar.
Ketika gelombang mencapai pantai, seringkali diikuti dengan peningkatan ketinggian gelombang karena laut semakin dangkal sedangkan volume air yang mengalir dalam jumlah yang sama. Ketinggian “tembok gelombang tsunami” (tsunamic wave wall) ini yang terlihat atau yang diamati di pantai, namun bukan berarti bahwa tinggi gelombang di tengah laut juga setinggi itu. Hal inilah yang sering mengecoh perkiraan tinggi gelombang tsunami di tengah laut.
Gelombang dipengaruhi oleh banyak faktor :
- Angin :
- Kecepatan angin
- Panjang/jarak hembusan angin
- Waktu (lamanya) hembusan angin
- Geometri laut (topografi atau profil laut dan bentuk pantai)
- Gempa (apabila terjadi tsunami) – sangat kecil/minor
Bentuk gelombang akan berubah sesuai dengan kedalaman dasar laut.
Pada lokasi B bentuk perputaran gelombang berupa elips, semakin dangkal maka semakin elips. Apabila tinggi gelombang masih cukup tinggi maka gelombang akan pecah di pantai.

Pada gelombang tsunami akan terlihat tinggi gelombang semakin besar di pantai. Nah karena yang dirasakan merusak serta yang teramati pada gelombang tsunami ini sepertinya memiliki tinggi gelombang yang besar juga di tengah samodra. Padahal kalau ada kapal ditengah laut, maka kapal itu hanya merasakan sedikit sekali gejala gelombang tsunami yang berupa gelombang yang miliki jarak antar puncaknya cukup panjang.
Jadi gempa tidak banyak mempengaruhi besarnya gelombang laut pada umumnya.
Karena :
- Hanya gempa besar yang menyebabkan tsunami.
- Akan lebih dirasakan akibatnya di pinggir pantai.
Karena :
- Hanya gempa besar yang menyebabkan tsunami.
- Akan lebih dirasakan akibatnya di pinggir pantai.
Sumber : Dongeng Geologi
Berita Terkait:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar